
Sahabat, Sohib, teman,
kawan atau apapun kita menyebut mereka. Yang jelas mereka adalah salah satu
faktor pendukung besar di skenario hidup setiap orang. Tidak berlebihan untuk
menyebut mereka sebagai pelaku yang menyebabkan perubahan bagi kita, baik itu perubahan
ke sisi yang lebih baik atau sebaliknya.
Tidak seperti hubungan lain. Hubungan pertemanan adalah suatu hubungan yang unik. Tanpa adanya
suatu ikatan, pertemanan dapat serta-merta terjalin. Seperti kita tahu,
hubungan keluarga terjalin karena adanya hubungan darah atau sambung menyambung
antara satu keluarga ke keluarga lainnya. Kemudian hubungan kepada pasangan,
terjalin karena ada rasa ketertarikan, ingin memiliki atau rasa cinta. Dan
hubungan keluarga serta pasangan ini bisa dibilang hubungan yang konsisten. Sedangkan
hubungan pertemanan bisa dibilang hubungan yang singkat. Bisa saja dalam satu
tahun, seseorang dapat berganti-ganti teman serta pergaulan.
Pada dasarnya sifat
manusia selalu menginginkan yang lebih baik. Begitu juga memilih teman serta
pergaulan, setiap orang berhak memilih dengan siapa ingin berteman dan di
lingkungan yang bagaimana dia ingin bersosialisasi. Itulah alasan mengapa banyak orang yang sering gonta-ganti pergaulan.
Seiring berjalannya
waktu, usia setiap orang bertambah, begitu pula dengan pola pikir dan
pengendalian emosi. Seseorang butuh pertner yang sejalan dan sevisi. Partner itu
bisa jadi keluarga, pasangan dan tentu teman. Tidak selamanya kita berada di
tengah-tengah keluarga kita. Adakalanya kita mencari orang di luar sana yang
dapat diajak untuk berdiskusi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan.
Tidak salah kita
berteman dengan segala macam bentuk manusia agar tidak terkesan pilih-pilih
teman, tapi yakinlah perlu seribu kali berpikir untuk menjadikan orang lain
sebagai “teman dekat atau sahabat”. Jadi tidaklah salah jika konsep pemikiran
kita adalah memilih teman dekat harus
hati-hati dan beribu kali berpikir. Karena seperti yang sudah dikatakan di
atas, teman adalah salah satu faktor yang dapat menciptakan perubahan serta
partner untuk mencapai visi dan ambisi.
Kira-kira begitulah konsep
tentang pertemanan yang saya pikirkan. Tidak hanya kenyamanan, banyak faktor
lain yang dipertimbangkan dalam memilih teman. Tidak luput dari hal kecil
seperti hobi namun tetap terfokus pada persamaan karakter, visi dan ambisi
bersama yang sekiranya dapat dipersatukan. Oleh sebab itu tidak heran jika kita
bisa saja bergonta ganti teman agar sampai pada titik nyaman.
Lantas bagaimana dengan
mereka yang konsisten pada persahabatan?
Jelas ada orang-orang seperti itu, walaupun kadang tidak sedekat atau seakrab yang dahulu karena
kendala jarak yang memisahkan. Atau bahkan ada yang masih seakrab dan sedekat
dahulu tanpa ada rasa canggung walaupun mereka sempat terpisah oleh beberapa
aspek.
Jika kita dibesarkan
oleh lingkungan yang sama, bisa saja hubungan persahabatan tersebut tetap konsisten. Karena banyak hal yang
dipelajari dan dirasakan bersama. Tapi ketika sudah terpisah jarak atau mental
serta emosi yang dikendalikan berbeda-beda maka terkadang kenyamanan dahulu yang sempat dirasakan bersama lama-kelamaan sirna dihancurkan oleh pemikiran yang
telah ditanamkan masing-masing orang.
Sedikit sekali
kemungkinan sifat dan pemikiran seseorang tidak berubah. Semakin dewasa
seseorang, pasti ia akan menemukan siapa dirinya dan harus dimana dia berbaur. Sulit
untuk menjawab pertanyaan “kenapa bisa masih akrab seperti dulu padahal....”
padahal dan padahal lain yang sebenarnya bisa saja menjadi faktor pemicu
jarak diantara mereka yang bersahabat.
Kita yang sudah dewasa
tidak lagi mencari teman untuk bermain. Tidak seperti zaman taman kanak-kanak
dulu yang mencari teman tanpa logika. Karena hal penting saat itu adalah ada teman main petak umpet,
main ayunan dan bisa kejar-kejaran sambil tertawa ria.

Tapi itu dulu, masa
dimana pahit dan getir kehidupan belum dirasakan. Jauh sebelum seseorang
belajar bagaimana mencari jati diri. Jauh sebelum kata sahabat sejati itu
dipertanyakan keberadaannya. Sekarang sudah berbeda. Karena bukan sahabat
sejati yang tengah dicari, tapi jati diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar