Curahan Hati Si Perindu
Untuk yang Dirindukan
"Tempat yang Penuh Cahaya Ilmu"
Sudah hampir tiga bulan
aku meninggalkan tempat itu. Tempat yang kadang menjadi tempat terburuk ,
tetapi selalu bisa jadi yang terbaik. Aneh bukan? Bahkan aku tidak tahu kenapa
aku bisa menyebutnya seperti itu.
Hingga detik ini aku
masih bertanya-tanya. Kenapa aku terlempar di tempat itu. Aku yang tak pernah
mendedikasikan apapun, tidak pernah meninggalkan cerita bersejarah bahkan hal
penting yang menanyangkut diriku pun tidak ada. Tapi aku merindukan tempat itu.
Aku rindu kehangatan
yang diciptakan oleh orang-orang yang
berada disana, meskipun tak semua memberi kehangatan, bagiku sebagian kecil
saja sudah cukup mengesankan. Kehangatan itu hanyalah satu dari sekian memori
yang tidak bisa diceritakan hanya dalam hitungan jam bahkan tahun pun tak akan
cukup untuk menceritakan sepotong demi sepotong kenangan yang sangat memberi
arti yang dalam bagiku.
Tapi...
Satu hal yang paling
membekas, memberikan arti dan merubahku. Mungkin terlalu berlebihan untuk
mengatakan “merubah”. Ini tak masalah, sama sekali tak masalah, mungkin karena
kerinduan yang berlebihan sehingga aku terlalu menyanjung tempat itu.
(Back to three years
ago)
Tiga tahun yang lalu,
tepat saat itu umur ku yang sangat belia. Sangat sangat muda bahkan bisa ku
sebut “anak-anak”. Aku yang sekarang bukanlah orang yang sama seperti tiga tahun
lalu. Aku yang masih belia itu, adalah orang yang sangat keras kepala, sombong,
munafik bahkan menomor duakan yang harusnya menajadi hal utama.
Aku mengenal Dia, aku
tahu Dia ada. Tapi aku menunda untuk dekat dengan-Nya.” Hidupku hanya sekali,
harusnya ku nikamti. Masa tua ku, masih jauh sekali. Cukuplah yang wajib saja,
masih banyak waktu untuk mengoreksi diri. Asal tidak berbahaya bagiku,
melanggar perintah-Nya sedikit-sedikit saja tak apa.” Begitulah jalan pikiranku
–dahulu. Padahal sampai detik ini, aku sendiri tidak percaya bahwa aku bisa sampai pada masa tua ku itu. Karena ujung dari usia ku, masihlah rahasia-Nya
Tapi ketika aku
terdampar di tempat itu, aku sadar apa itu "esensi hidup yang sebenarnya".
Banyak hal yang kuterima. Baik dan buruk selalu jadi pelajaran bahkan seisi tempat
itu menjadi pelajaran bagiku. Mulai dari pemilik tempat itu, orang yang berkecimpung
di dalamnya dan orang-orang yang sama sepertiku (baca: terdampar disana).
Berawal dari hanya
ikut-ikutan, ingin terlihat baik hingga berkembang menjadi niat yang konsisten untuk
memperbaiki diri. Banyak proses yang ku lalui, bahkan lebih dari sekedar
belajar. Mengenal Dia lebih jauh, memahami firman-Nya, menelusuri jejak orang yang
menjadi kepercayaan-Nya, hingga menggali serta memahami pesan-pesan yang
ditinggalkan oleh utusan-Nya itu. Semuanya menjadi lebih lengkap dan sempurna
karena aku berada di sekeliling orang-orang yang juga ingin memperbaiki diri.
Itulah alasan kenapa
aku merindukan “tempat itu”. Tiga tahun di tempat itu cukuplah penat, tapi tak
cukup hanya tiga tahun disana untuk mengenal Rab. Tidak cukup dengan membaca,
ilmu tentang agama ku sendiri, agar aku paham.
Memahami firman Allah tidak lah
semudah memahami ensiklopedia atau novel. Tidak hanya bahasa dari negara yang
menjadi saksi perjalanan Rasul yang menjadi pedoman. Al-Qur’an saja masih
menunggu waktu senggang agar terbaca konon lah buku tafsir Al-Qur’an yang
bejuta tebalnya dengan gaya bahasa para ulama-ulama yang memiliki ilmu tingkat
tinggi yang tentunya memerlukan ilmu tinggi pula untuk memahaminya. Belum lagi maraknya
hadis-hadis yang entah dari mana sumbernya, bahkan sanad dan matannya
dipertanyakan. Aku tidak sanggup mempelajari itu semua sendiri. Aku butuh
mereka, pengajar yang memiliki ilmu bagaimana menyampaikan hal yang rumit tersebut menjadi hal yang dapat dicerna dan dipahami oleh aku (orang yang masih
terperangkap di pemikiran jahiliyah).
Nyaliku untuk terfokus
mencari ilmu agama saja sepertinya menciut, dengan segala keterbatasanku. Karena
aku yakin, masih banyak orang di luar sana yang lebih pantas untuk mendalaminya
agar mereka nanti yang menyiarkan ilmu itu. Dan aku, masih butuh proses panjang
untuk menyadari dan benar-benar memahami tujuan hidupku di hadapan Allah.
Aku harap kerinduan
akan tempat itu, tak hanya sebatas kerinduan. bahkan ini menjadi motivasi agar aku
lebih keras lagi mencari cahaya Islam untuk jiwaku yang digelapkan dosa serta
nafsu yang berlebihan.
Hingga saat ini pun,
aku bukanlah orang yang pantas disebut baik.
Hanya saja Allah Yang Maha Pengasih menutup aib ku serta keluarga ku. Waktu ku
terlalu singkat untuk mempelajari, memahami dan menyadari betapa indahnya Islam
yang menjadi penerang jiwa. Amalan seumur hidupku pun, takkan setara dengan
kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepadaku.
Terimakasih telah menjadi tempat yang mendekatkan ku pada Allah. Terimakasih telah mempertemukan ku dengan cendekiawan muslim yang membagi ilmunya untukku, terimakasih telah menjadi tempat yang mempertemukan ku dengan orang-oang yang sama sama ingin merahih ridho-Nya.
__WASSALAMUALAIKUM__
“Dan setiap umat
mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu
semuanya. Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah 148)
“Maka barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya . Dan
barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (Al-Zalzalah 7-8)
Allohu Akbar
Allohu goyatuna
Arrosul qudwatuna
Al-Qur'anuldusturna
ALMAUTU FISABILILLAHI ASMA AMALINA
ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR
-Nurul Ilmi-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar