Sering aku bertanya, sebenarnya
anak macam apa aku ini?
Anak yang
menyedihkan, tak berguna dengan keadaan ketidak berdayaan. Aku bahkan tidak
tahu bagaimana cara berterimakasih sebagai anak kepada kedua orang tua ku.
Kebahagiaan ku sepertinya hanya ego yang terus membebani di tengah kepenatan
hidup yang sedang mereka jalani .
Aku sadar!
Seiring bertambahnya usiaku menuju kedewasaan, disitu umur mereka semakin
dimakan zaman. Tulang mereka yang semula kuat menggendong ku kesana dan kemari,
seiring berjalannya waktu perlahan keropos dan semakin lemah. Pipi yang kencang
yang dihiasi senyum merona perlahan mengkerut, senyum mereka pun takkan
terlihat indah seperti sedia kala. Pelukan dan ciuman yang sering ku dapatkan,
mungkin takkan kuharapkan lagi. Karena seiring berjalannya waktu, tubuh kedua
orang tuaku yang semulanya harum lama-kelamaan baunya memburuk dan tak sama
seperti sedia kala. Sanggupkah aku berterimakasih kepada mereka, membalas jasa
mereka yang telah membesarkanku dengan cinta yang tulus tiada pamrih.
Membayangkan
masa depanku yang tepatnya adalah masa tua mereka saja, aku hanya bisa
menangis. Aku takut, tak bisa mencintai masa tua mereka seperti mereka
mencintaiku sejak aku lahir hingga aku tumbuh menjadi sosok setengah dewasa
seperti ini. Aku masih ingat sekali, ketika nada suaraku yang bernada terkutuk
menyayat hati sosok Ayah dan Mama. Ketika aku menghancurkan impian mereka
terhadapku, ketika hanya kekecewaan yang dapat ku persemmbahkan. Betapa
melangnya kedua orang tuaku diberikan takdir berupa anak yang tak tahu diri
ini.
Anak
macam apa aku ini? Kapan aku bisa menciptakan senyum untuk mereka sedangkan senyumku
tercipta karena kehadiran mereka. Kapan aku bisa mengisi cerita kehidupan
mereka dengan cerita kebanggaan dariku, sedang aku terpuruk mencari siapa jati
diriku yang sebenarnya.
Hari-hari
ku pasti akan sulit tanpa kehadiran orang tuaku, tanpa ada Mama yang penuh
dengan kasih tanpa ada Ayah yang menyemangati. Jauh di lubuk hatiku terdalam,
aku hanya ingin menjadi anak yang terbaik untuk kedua orang tuaku. Aku tidak
ingin apapun, hanya ingin kasih sayang mereka dan aku ingin menyayangi mereka
hingga akhir hayatku hingga zaman telah lelah temani kisah cerita kedua orang
tuaku.
Mungkin
belum waktunya aku menjawab, anak macam apa aku ini. Secara kasat mataku, waktu
terlihat masih panjang. Senja masih jauh dan belum mampu diraih. Mungkin apa
yang ku lakukan hari ini, di masa kedua orang tuaku masih penuh dengan gairah kehidupan belum berarti apapun.
Meski demikian, aku akan berusaha buktikan pada diriku sendiri dan kedua orang
tuaku, aku akan menjawab tanya ku tentang “anak macam apa aku ini” dengan suara
lantang tanpa satu pun kata kekecewaan yang akan membekas di hati mereka.
Suatu
hari kan ku jawab, tanya itu. Ku jawab dengan kebanggaan dan tanpa cacat hingga
menumbuhkan gairah mereka untuk terus merangkai cerita kehidupan bersama anak
mereka yang kurang paham bagaimana cara berterimakasih ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar