Sabtu, 27 Desember 2014

#Renungan : Anak Macam Apa Aku ini?



Sering aku bertanya, sebenarnya anak macam apa aku ini? 

Anak yang menyedihkan, tak berguna dengan keadaan ketidak berdayaan. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara berterimakasih sebagai anak kepada kedua orang tua ku. Kebahagiaan ku sepertinya hanya ego yang terus membebani di tengah kepenatan hidup yang sedang mereka jalani .
Aku sadar! Seiring bertambahnya usiaku menuju kedewasaan, disitu umur mereka semakin dimakan zaman. Tulang mereka yang semula kuat menggendong ku kesana dan kemari, seiring berjalannya waktu perlahan keropos dan semakin lemah. Pipi yang kencang yang dihiasi senyum merona perlahan mengkerut, senyum mereka pun takkan terlihat indah seperti sedia kala. Pelukan dan ciuman yang sering ku dapatkan, mungkin takkan kuharapkan lagi. Karena seiring berjalannya waktu, tubuh kedua orang tuaku yang semulanya harum lama-kelamaan baunya memburuk dan tak sama seperti sedia kala. Sanggupkah aku berterimakasih kepada mereka, membalas jasa mereka yang telah membesarkanku dengan cinta yang tulus tiada pamrih.
Membayangkan masa depanku yang tepatnya adalah masa tua mereka saja, aku hanya bisa menangis. Aku takut, tak bisa mencintai masa tua mereka seperti mereka mencintaiku sejak aku lahir hingga aku tumbuh menjadi sosok setengah dewasa seperti ini. Aku masih ingat sekali, ketika nada suaraku yang bernada terkutuk menyayat hati sosok Ayah dan Mama. Ketika aku menghancurkan impian mereka terhadapku, ketika hanya kekecewaan yang dapat ku persemmbahkan. Betapa melangnya kedua orang tuaku diberikan takdir berupa anak yang tak tahu diri ini.
Anak macam apa aku ini? Kapan aku bisa menciptakan senyum untuk mereka sedangkan senyumku tercipta karena kehadiran mereka. Kapan aku bisa mengisi cerita kehidupan mereka dengan cerita kebanggaan dariku, sedang aku terpuruk mencari siapa jati diriku yang sebenarnya.
Hari-hari ku pasti akan sulit tanpa kehadiran orang tuaku, tanpa ada Mama yang penuh dengan kasih tanpa ada Ayah yang menyemangati. Jauh di lubuk hatiku terdalam, aku hanya ingin menjadi anak yang terbaik untuk kedua orang tuaku. Aku tidak ingin apapun, hanya ingin kasih sayang mereka dan aku ingin menyayangi mereka hingga akhir hayatku hingga zaman telah lelah temani kisah cerita kedua orang tuaku.
Mungkin belum waktunya aku menjawab, anak macam apa aku ini. Secara kasat mataku, waktu terlihat masih panjang. Senja masih jauh dan belum mampu diraih. Mungkin apa yang ku lakukan hari ini, di masa kedua orang tuaku masih penuh  dengan gairah kehidupan belum berarti apapun. Meski demikian, aku akan berusaha buktikan pada diriku sendiri dan kedua orang tuaku, aku akan menjawab tanya ku tentang “anak macam apa aku ini” dengan suara lantang tanpa satu pun kata kekecewaan yang akan membekas di hati mereka.
Suatu hari kan ku jawab, tanya itu. Ku jawab dengan kebanggaan dan tanpa cacat hingga menumbuhkan gairah mereka untuk terus merangkai cerita kehidupan bersama anak mereka yang kurang paham bagaimana cara berterimakasih ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar