Kamis, 28 Desember 2023

"Dari Aku di 2019, Aku Kembali di 2023"

 Aku Kembali

Menulis adalah salah satu mediaku untuk menuangkan perasaan. Banyak kata yang sulit diungkapkan dan dikeluarkan oleh lisan tapi rasanya lidah ini kelu dan aku pun bingung harus memulai kisah sedih yang mana.

Mungkin, semua akan merasa bahwa aku orang yang kurang bersyukur. Baru saja diberi masalah yang sedikit tapi sudah mengeluh bagai punya masalah setinggi gunung. Tidak apa, mungkin aku memang lemah, mungkin memang aku cengeng, tapi aku tau, mungkin sekarang Allah sedang merindukan ku. Tapi seringkali rindu itu tak ku sambut atau kadang justru aku berpikir ini adalah imbas dari kesalah ku sebelumnya.

Sudahlah, tidak penting untuk memikirkan aku siapa, aku orang yang bagaimana, bagaimana Allah memperlakukanku. Tapi, inilah AKU. AKU KEMBALI, kembali untuk menulis bait demi bait kesedihan. AKU ingin bersahabat dengan diriku. Lelah itu sudah memuncak. Aku ingin rehat. Rehat ku dengan bercengkrama dengan tulisan. Rehat ku berteman setumpuk lembaran huruf.

Aku kembali, kembali kepada dunia ku yang pernah aku tinggalkan. Aku kembali, aku ingin kembali, kembali menulis.



Senin, 21 Januari 2019

Muslimah Serba Salah?


Muslimah adalah suatu identitas, identitas yang menandakan bahwa seorang perempuan mengimani bahwasanya Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa serta Rasulullah adalah utusan-Nya. Begitulah identitas itu disematkan bagi seorang Muslimah. Baik dia sepenuhnya menjunjung tinggi identitas tersebut atau masih belum sepenuhnya menjadi Muslimah sejati.
Pada dasarnya sebagai seorang Muslim tentu harus totalitas dalam menjalankan perintah agama. Baik itu untuk laki-laki terlebih lagi untuk perempuan. Mulai dari aturan A sampai Z tentu harus diamalkan. Bukan untuk dilihat atau dinilai orang lain tetapi untuk mendapat sebaik-baik kedudukan di hadapan Allah SWT.

Tidak bisa dipungkiri, manusia tetaplah manusia, terkadang penuh dengan khilaf dan penuh dengan  keterbatasan. Tidak lah mudah mencapai predikat Muslim sejati terlebih lagi Muslimah sejati. Betapa sangat berat, ditambah lagi dengan tuntutan zaman yang terkadang justru menjauhkan dari cahaya Islam.

Tidaklah heran, jika banyak Muslimah yang salah dalam melangkah. Salah dalam mengambil keputusan ataupun salah dalam hal perilaku. Lantas hal tersebut tidak bisa dijadikan bahan argumen untuk menyalahkan para Muslimah. Justru disitulah peran Muslimah yang lain untuk membersamai, memberi support serta mengayomi saudarinya bukan malah sebaliknya.

Tindakan menghakimi sebelah pihak sering sekali terjadi. Baik itu secara sadar maupun tidak sadar, bahkan dengan cara yang justru menyulut perdebatan dan mirisnya hal itu terjadi diantara para Muslimah. Bukankah seharusnya bagi sesama Muslim kita harus saling mengingatkan? Bukan menyalahkan.

Tidak masalah kalau kiranya dia belum berhijab
Tidak masalah kalau kiranya khimarnya belum sempurna
Apakah kita yang dulu pernah “seperti itu” hendak menghujat?

Misalkan suatu saat, doakan semoga tidak terjadi, sahabat kita yang masih menjalin hubungan dengan kekasih tidak halal kemudian datang dengan berderai air mata berharap pelukan dan pundak kita, Saya berharap, tidak ada rasa enggan menerima kembali. Saya harap hati  ini dengan ikhlas menerima kedatangan dan memasang badan untuk membersamai di tengah kesedihannya.

Adakah yang lebih mereka harapkan selain penerimaan kita, selain tutur kata yang menyejukkan serta sahabat yang tidak pernah membenci?

Kita terikat satu ikatan yang disebut gender. Ikatan yang semakin menguatkan karena kita ber-Tuhan kepada Allah dan mengimani-Nya sebagai Yang Maha Esa, Yang Maha Penyayang. Ya, kita adalah Muslimah. Muslimah yang diceritakan di dalam Al-Qur’an bahkan  karena mulianya kita, Allah sematkan nama kita di Al-Qur’an, An-Nisa, perempuan.

Ada satu harapan yang ingin saya ceritakan kepada kalian wahai wanita, wahai para perempuan, wahai akhwat..  wahai Muslimah.. To the Women...

Saya ingin, perempuan tidak dianggap lemah. Mungkin secara fisik kita lemah dari kaum laki-laki tapi lemahnya fisik tidak menjadi penghalang untuk menjadi kuat. Perempuan memang lah indah. Perempuan merupakan perhiasan, sebaik-baik perhiasan dunia. Sudahkah kita memaksimalkan keindahan itu untuk memperindah hati kita, memperindah keluarga kita dan lingkungan kita. Saya rasa, kita punya “power” untuk sekedar membuat indah. Lantas harus bagaimana saya mejelaskan, harus bagaimana saya mengajak, menjadi indah dengan kembali kepada Yang Maha Sempurna. Kembali kepada-Nya adalah cara kita satu-satunya untuk memaksimalkan kekuatan dan memberi energi positif. Lebih dari itu, kita tidak pernah dilarang untuk menjadi siapapun yang kita inginkan selama ada “Ridho” –Nya di setiap langkah yang kita ambil.

Kalau mereka bilang, perempuan harus di rumah. Perempuan tidak boleh menampakkan kecantikan. Perempuan harus menutup diri. Tidak, mungkin ada yang salah dengan cara mereka memahami perempuan, memahami Muslimah. Muslimah boleh kemana pun yang ia mau, asalkan, membawa dan mengigat asma Allah kemanapun ia melangkah. Muslimah hakikatnya sudah cantik, mungkin sebagian dari kalian kurang menundukkan pandangan. Muslimah tidak disuruh menutup diri, kami diperintahkan menutup aurat.  

Boleh saya bercerita tentang Ibunda Khadijah?
Ya, beliau, menurut riwayat, adalah perempuan yang sangat pemalu namun juga tegas dan tegar. Sisa hidupnya beliau habiskan untuk menemani Sang Kekasih Hati untuk berjuang menegakkan Kalam Allah, menegakkan Islam di bumi Allah. Dari situ saya sadar, bahkan sosok Rasulullah yang begitu hebat tetap membutuhkan seorang perempuan. Bagaimana tidak, di tengah kegelisahan beliau meneriama wahyu, ada Ibunda Khadijah yang menyelimuti dan menenangkan dengan cinta. Setelah kepergian Cinta Pertama, ada putri cantik yang luar biasa tangguh setia menemani. Bahkan ada beberapa perempua hebat lainnya yang senantiasa berjuang bersama Rasulullah.

Bahkan, ada perempuan mulia lagi suci selama hidupnya, membesarkan putranya dengan kasih sayang dan totalitas beriman kepada Rab. Hingga melahirkan Nabiullah yang hatinya penuh kasih, Isa putra Maryam. Ada yang berjuang menyayangi dan membesarkan seorang anak laki-laki bahkan bukan darah dagingnya meski sang suami adalah jelas jelas memusuhi Allah, Asiyah, mawar di gurun yang tandus, di hatinya mengalir sungai cinta untuk Nabi Allah, Musa a.s sang penakluk laut merah.

Selalu ada sosok perempuan, selalu ada sosok Muslimah tangguh di belakang atau di samping para laki-laki hebat penakluk dunia.

Masihkah kita membiarkan nama kita dianggap perusak?
Masihkah kita rela, superioritas dari laki-laki tidak berakhlak menghardik kita?
Jangan, jangan berlomba-lomba menjadi kesalahan saudariku, mari berlomba-lomba menjadi yang paling mulia.

Mari kita bersama sama meraih gelar muslimah mulia walau tuntutan akhir zaman yang semakin tidak masuk akal, walau dunia serasa mencekik, dan tidak berpihak. Bukan hujatan, bukan saling ghibah tapi saling bercerita, berbagi, bertutur kata baik dalam menasehati. Bantu kami Ayah agar mampu menjadi anak mu yang sholihah, membantu hisab Ayah dan Bunda di yaumul akhir.  Bantu lah kami kakak dan adik laki-laki ku, kami butuh kasih sayang kalian, bimbingan kalian bukan hujatan kalian. Bantulah kami wahai suami ku atau kelak yang akan menjadi imam ku, bantu lah aku menggapai surga-Nya, bimbing aku, jaga aib ku, gandeng aku agar kelak kita bertemu di surga-Nya.

“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (HR. Muslim)
image source : google

Rabu, 08 Agustus 2018

Trend Hijrah Zaman Now


Futur? futur itu apa?  Pernah nggak kalian merasakan hal ini? Saat dimana yang awalnya semangat berapi-api untuk beribadah tapi semakin dijalani kenapa ya ada rasa “jenuh” atau rasanya saya “nggak kuat lagi” menjalani ini semua, sepertinya saya harus menyerah. Futur itu pasti! Bagaimanapun kuatnya kita melawan pasti ada satu titik dimana ada goncangan yang menggoyahkan kepercayaan kita tadi. Awalnya semangat menggebu-gebu untuk menjadi lebih baik dan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, tapi seringkali frekuensinya turun naik atau bahkan stop di tempat. Kalau menurut saya pribadi, futur itu salah satu rangkaian proses hijrah, disitu justru kita harus intropeksi diri dan PR besar kita adalah bagaiana caranya saya meminimalisr futur tersebut. Futur adalah waktunya kita mencari tahu kelemahan kita dan memperbaikinya. Kemudian hubungannya apa dengan judul tulisan saya? saya menulis seringkali spontanitas dan nyleneh. Jadi, relasi antar topik dan judul bisa jadi agak kontras tapi masih ada lah hubungannya, maafkan kalau ternyata relasinya nggak ada dan alhamdulillah kalau saya berhasil membangun relasi antar isi tulisan dan judul. Hehehe
Seperti yang sudah saya singgung di paragraf sebelumnya (sih... paragraf, ingat mata kuliah BI ya wkwkwk), futur itu bagian dari hijrah, tetapi kalau kita belum hijrah maka kita nggak akan merasakan futur itu apa. Jadi hijrah dulu baru tau rasanya futur. Tapi kalau dari pengalaman pribadi biasnya alasan awal ber-Hijrah itu rasanya seperti futur, tapi bukan futur namanya kalau belum hijrah. Nah bingung kan? Ya karena saya juga bingung. Futur itu lebih kepada kondisi dimana iman kita seolah-olah sedang “down” dan disitulah syetan yang terkutuk mulai menggoda, masih istiqomah kah, atau yah tersesat dalam futur itu forever.....
Kenapa saya bilang proses hijrah dimulai karena seperti terjadi goncangan di futur tadi. Ok, pertama saya clear kan dulu definisi HIJRAH ya. Menurut yang sudah saya alami dan trend yang sedang berkembang, hijrah itu adalah proses dimana seorang perempuan/lelaki yang awalnya buruk kemudian dia berusaha berubah menjadi lebih baik tentunya dengan lebih dekat dengan Allah. Jadi hijrah itu dimana kita memang ada niatan dan ada tindakan konkret untuk menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan Allah. Bukan sekedar ngomong, tapi ada tindakan yang nyata untuk merealisasikan HIJRAH. Disini saya nggak ngomongin dari segi etimologi atau terminologi dsb yang jelas gerakan menuju lebih baik itulah hijrah. Jadi kalau sudah ada orang baik menjadi lebih baik lagi maka dia juga hjrah. Jadi hijrah itu lebih ke karakter ya bukan hanya tampilan luar aja, misalnya begini, belum tentu seorang laki-laki berjenggot kemudian wah dia sudah hijrah, terus ada perempuan tiba-tiba pakai cadar, wah dia hijrah. Ya, mengubah penampilan sesuai tuntunan agama juga salah satu proses hijrah tapi mungkin terlalau sempit ya kalau kita mengatakan kita sudah ber-hijrah hanya karena pakaian yang kita kenakan. Makanya saya lebih suka untuk tidak mendeklarasikan “saya sudah hijrah” tapi lebih kepada menikmati proses nya.
Itulah hijrah versi saya. Kemudian goncangan yang saya sebutkan tadi itu gimana, goncangan yang sama ketika kita futur. Jadi saya mau curhat lagi, awal saya mulai menikmati proses dekat dengan Sang Pencipta. Dulu, ada satu momen dimana saya sudah berusaha dan menurut saya usaha itu harusnya terbalaskan sesuai harapan. Tapi ya, hasilnya tidak sesuai ekspeketasi. Disitu saya berpikir kok Tuhan itu nggak adil, kenapa aku yang udah kerja keras begini nggak bisa dan mereka yang di bawah bisa dengan mudah. Disitu saya merasa iri dengan orang lain yang sebenarnya adalah teman-teman saya, disitu saya mulai menyalahkan orang tua, orang-orang yang di sekitar saya. Ibadah juga sudah mulai “halah udahlah, nggak ada gunanya, emang doaku didengerin ta?”, padalah saya hidup di keluarga yang tertib melakukan kewajiban agama ya walaupun belum sepenuhnya tapi nilai-nilai Islam itu sudah diterapkan orangtua saya dari kecil. Tapi alhamduillah kondisi itu tidak berlangsung lama maklum lah anak remaja labil, akhrinya orangtua saya menyarankan saya untuk sekolah ke tempat yang sekarang mengubah pemikiran saya mengenai Allah dan agama Islam. Menurut saya itu langkah awal untuk mengubah diri menjadi lebih baik dan yah memang benar, perubahan itu sudah mulai terasa. Tiga tahun saya ditempa di tempat itu, belajar menjadi peribadi yang mandiri dan belajar banyak hal terutama Islam. Tapi tiga tahun itu nggak mudah tentunya, banyak goncangan yang saya rasakan, tapi bedanya ketika saya belum memasuki arena yang katanya “hijrah”, ketika ada goncanyan saya cenderung menyalahkan sekitar bukan malah mencari tahu “problem solving” nya kemudian setelah saya lebih memahami konsep kehidupan dan ketuhanan dari Islam, ketika ada goncangan, saya tahu harus kemana, saya tahu apa yang harus saya lakukan, bukan meyalahkan tetapi memperbaiki dan tetap bersabar dan berdoa yang utama.
Point penting nya sebenarnya adalah proses hijrah itu tidak mudah, ketika saya sudah memutuskan oh iya, saya mau belajar Islam dan jadi Hamba yang taat kemudian datanglah beberapa goncangan, goncangan itu nggak harus penderitaan ya kayak yang di ftv ftv indo***r, goncangn itu bisa kayak kenikmatan, dimana tiba-tba mantan ngajak balikan (ini joke, hehe), tiba-tiba temen-teman yang dulu ngajak main tapi main dalam konteks yang negatif ya, ya main yang tidak melibatkan aturan-aturan syar’i, yaaa we know lah, atau dapat jabatan apalah tapi kemudian menghalangi kita lebih dekat dengan Allah. Prosesnya kita menuju yag lebih baik itu pasti diuji, nanti akan ada saat dimana, niat kita hijrah dibolak-balik oleh kita sendiri, niat yang awalnya Lillah, entah kenapa tiba-tiba terbesit niatan yang membelokkan hakikat hijrah itu. Misalnya, godaan dunia ketika kita hijrah maka akan dianggap baik oleh lingkungan sekitar atau hijrah supaya ditaksir akhi-akhi atau ukhti cantik atau tiba-tiba datang perasaan sombong karena udah merasa “saya hijrah” sehingga mudah saja merendahkan orang lain. Itu nyata kawan, syetan nggak akan kehabisan cara untuk menggoda Anak Adam. Syetan paling benci Umat Muhammad yang hijrah.
Ketika kita memutuskan untuk menjadi lebih baik, kita harus kuat, dan kalau kamu nggak kuat, sebaiknya jangan berjalan sendiri, carilah sahabat yang bisa mendampingi kamu. Tapi jangan salah juga, carilah sahabat yang niatannya juga lurus dan bersahabatlah dengan sesama jenis dan no modus- modus  (yu no wat ai min laaah) karena lingkungan memberikan pengaruh yang besar untuk kita. Jangan sampai niatan hijrah berhenti hanaya sampai di mulut, jangan sampai niatan hijrah hanya sampai pada tampilan luar tapi mari kita hijrah dengan totalitas ya walaupun itu berat dan nggak perlu buru-buru. Futur itu pasti, bahkan sekarang saya yang sedang mengetik ini, sedang mengalaminya oleh sebab itu saya tidak ingin temen-temen yang membaca tulisan ini terus terperdaya di dalam kefuturan, ayo lah move on, mana semangat kita dulu. Jangan karena temen kita jadi berkurang terus kita merasa sendiri, bukannya kita berubah karena cinta dari Allah jadi kenapa harus takut sendiri, jangan karena fall in love to akhi X kita menjadi lemah, kenapa tidak coba jatuh cinta setiap hari ke Allah. Hijrah itu bukan trend, hijrah itu perjalanan spiritual kita di kehidupan, ketika kehidupan kita diselimuti kegelapan dan tiba-tiba ada setitik cahaya, terus lah kejar cahaya itu, kalau kau tidak sanggup berlari, berjalan lah agar tidak tersandung dan cepat lelah, jangan berhenti terlalau lama, hidayah bukan sesuatu yang datang tiba-tiba dan tidak semua orang diberi rezeki itu jadi bersyukurlah, jangan berhenti. La, Tahzan... Allah with Us.


أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ 
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

(Surat al-'Ankabuut : 2)


Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

source : 
https://ayohijrah.id/
https://rumaysho.com/12977-kapan-mau-hijrah.html
https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html

Jumat, 03 Agustus 2018

Sepenggal Kisah : Mahasiswa Pertanian? PD aja!



Sepertinya sudah hampir beberapa bulan atau bahkan tahun saya nggak berceloteh di blog ini. Bukan karena sibuk tapi mungkin karena bingung mau ngomong apa 😅 Akhir-akhir ini saya lagi liburan sih, yahh liburan semester genap yang biasanya agak panjang dan akhirnya gabut nya kepanjangan juga. Haaa sudahlah cukup lah sudah intro yang nggak penting ini.
Pertama kalinya di tahun 2018 ini saya mau menceritakan kisah saya (siih kisah) selama menjadi Mahasiswa Pertanian sesuai judul tulisan ini. Sebelumnya saya mau cerita dulu, saya adalah Mahasiswa Pertanian di salah satu politeknik negeri di Jawa Timur, saya di Politeknik Negeri Jember di Jurusan Produksi Pertanian dan Program Studi Teknik Produksi Benih. Sudah bisa ditebak kan apa asja yang akan kami pelajari di perkuliahan, ya tentang tanaman, biji, benih, bibit, buah ya semua lah tentang benih benihan. 
Sebelumnya hal yang perlu diketahui disini sistem belajar di universitas dan di politeknik ada beberapa perbedaan yang signifikan, ya walaupun sama sama kuliah dan sama sama jadi mahasiswa tapi orientasi kita nanti setelah lulus dan mendapatkan gelar sarjana sebenarnya disetting agak berbeda. Di perkuliahan saja sebenarnya sudah lumayan beda sih ya, mulai dari kurikulumnya dan pendalaman terhadap materi tertentu. Secara garis besarnya, Mahasiswa Politeknik itu lebih banyak praktikum nya daripada kuliah tatap muka. Bisa dibayangkan kan perbedaannya, tapi bukan berarti Politeknik itu nggak butuh teori, untuk praktikum kita juga butuh teori tapi kita menggunakan teori tersebut tujuannya lebih ke nilai terapan, nah gimana menggunakan teori yang kita dapat untuk diterapkan. Yah, kurang lebih begitu sih. Tapi nggak berarti juga kuliah di politeknik lebih mudah daripada di universitas atau insitut. Walaupun realitanya, seleksi masuk ke politeknik lebih mudah daripada ke universitas, yah menurut persepsi masing-masing ajalah ya, yang penting bisa kuliah di negeri ya Alhamdulillah hahaha.
Ok lah, sudah cukup celotehan nya ya, saya mau cerita di part yang paling penting, bagian yang membuat saya tergerak untuk mencurahkan isi hati saya ini setelah menempuh empat semester di kampus polije tercinta. Mengusung judul di atas, (maafkan bahasa saya yang alay yah gengs) Jadi Mahasiswa Pertanian? PD aja, lha emang ada apa dengan mahasiswa pertanian, apakah mereka sebegitu memalukannya, apakah mereka sebegitu tidak bergunanya, apakah mereka sbegitu o*n nya sehingga harus dimotivasi untuk percaya diri. yah realitanya memang begitu yah, mahasiswa pertanian apalagi buat MABA MABA perlu sekali disemangati karena mereka sudah masuk di area yang nantinya akan penuh dengan perjuangan.
Perjuangan yang akan kita lewati pertama adalah, dari lingkungan. Ada apa dengan lingkungan? Di era yang katanya "kids jaman now" ini sudah serba canggih dan digital ya, jadi kebanyakan orang-orang berpikir bahwa mereka harus mengikuti teknologi jadi semua serba teknologi, mereka menganggap teknologi itu hanya sebatas mesin dan komputer. Jadi mereka menggap kalo hal yang seperti back to nature itu adalah hal yang konvensional dan tidak sesuai jaman, seperti jurusan kita ini kawan kawaan... kebanyakan orang-orang yang awam menganggap sebelah mata jurusan pertanian dan sejenisnya (kayak peternakan, perikanan, kehutanan). Mungkin yang maba-maba akan sangat shock dan untuk para mahasiswa basi sudah kebal ya mendengar kalimat ini "Apa? jurusan pertanian, kok ngambi itu sih, ngapain kuliah kalo akhirnya jadi petani juga", nah yang lain lagi, "oh pertanian, yang ngurusin pupuk kan ya", "pertanian, nenek saya aja yang nggak sekolah bisa jadi petani". "duh, katanya pertanian, masa obatnya taneman itu aja nggak tau, di kampus ngapain aja sih". Hal pertama yang harus kita lakukan ketika mendengar yang seperti itu adalah SMILE, karena kebanyakan yang berkata demikian kasarnya itu adalah orang yang lebih tua. Ingat, anda adalah mahasiswa, jadi bertutur kata lah seelgan mungkin. Kita kuliah bukan untuk memenagkan argumen, kita kuliah mencari ilmu untuk megubah pola pikir kita, jadi kuliah jurusan apapun, hasil yang paling penting itu adalah bagaimana mengubah pola pikir yang tidak berpendidkan menjadi berkarakter, berpendidikan dan keilmiahan. Jadi kalo kuliah, tapi pola pikirnya masih sempit, mungkin butuh sekolah lagi. Anggap saja yang mengolok-olok kita tadi adalah orang yang nggak punya pola pikir yang maju dan hanya berpikir satu sisi saja. Sip, karakter percaya diri yang pertama sudah mulai dibangun,
Perjuangan kita selanjutnya adalah di dunia perkuliahan, kuliah itu beda dong ya dengan jaman sekolah. Di dunia perkuliahan, kita ditempa untuk menjadi karakter yang mandiri. Kuliah jurusan apapun saya kira akan merasakan hal yang sama, yang jelas diperlukan ketekunan dan kesabaran dalam menajalani perjuangan ini. Tantangan yang harus dihadapi oleh mahasiswa pertanian itu adalah masalah fisik dan mental, ditambah lagi kuliah di politeknik. Setelah masuk tahun tahun yang semakin tua, praktikum di luar ruangan akan sangat menyita tenaga dan pikiran. Bisa bayangkan kan gimana petani harus menanam padi, sayuran, buah-buahan di tengah terik matahari dan yah.. kita akan dan harus melakukan itu. Kita harus siap-siap untuk menjadi gadis yang eksotik dan nggak sedikit teman-teman yang jatuh bangun keluar masuk rumah sakit. Jadi perlu stamina yang extra supaya nggak mudah tepar. Bisa dibayangkan kan ya, nggak semua Mahasiswa Pertanian pernah nyawah sebelumnya (termasuk saya) dan di perkuliahan harus tahan banting mengerjakan semua kegiatan budidaya dari hal yang paling dasar menyiapkan lahan sampai tujuan akhir kita yaitu panen. Semua proses tersebut ditangani oleh Mahasiswa satu angkatan ibaratnya tanaman mu adalah nilai mu. Kalau sampai tanaman jelek atau gagal panen alamat nilai praktikum anda terancam. Itu masih soal kegiatan praktikum ya, belum lagi kegiatan kuliah tatap muka dan hal yang wajib dilakukan mahasiswa Pertanian utamanya polije yaitu membuat laporan. Kuliah tatap muka yang sebenarnya adalah dosen cuma ngasi materi bla bla bla dan ngasi tugas se bla bla segudang banyaknya, belum lagi ketika dapat kejutan di awal atau akhir kuliah (kejutan = kuis), ditambah lagi laporan yang terkadang perlu bumbu revisi supaya lebih mantap. Alhasil, secapek-capeknya kita di lahan, harus baca buku juga. Jadi kalo ada yang santai santai kuliah apalagi kuliah jurusan sains mungkin dia belum sadar bahwa dia adalah Mahasiswa. Walaupun kelihatannya kakak tingkat kalian bersantai, tapi percayalah sebetulnya waktu tidur mereka banyak tersita untuk mengerjakan tugas. Tujuannya saya cerita ini sebenarnya simpel cuma mau curhat dan kasi tau kalo kuliah itu, apapun jurusannya apalagi pertanian, sama aja, sama aja capeknya dan sama aja "butuh perjuangan". Jadi, kalo mereka tanya, kuliah pertanian ngapain aja sih, coba suruh mereka baca buku catetan kita dan mengerjakan laporan kita. Jadi jangan minder jadi Mahasiswa Pertanian, percayalah menjadi Mahasiswa Pertanian itu sah sah aja dan normal normal saja. 
Curhatan yang selanjutnya adalah, tantangan yang akan kita hadapi saat kelulusan. Kalau kata orang-orang, Sarjana Teknik, Kedokteran, Guru sudah jelas kalau lulus mau jadi apa. Nah katanya mereka nih, sarjana pertanian, mau jadi apa sih? Ya jadi petani lah. Iya jadi petani, terus mau jadi apa, nggak mungkin dong jadi pilot. Disini saya Cuma mau curhat bukan mau menggurui atau memenangkan argumen. Tapi kenyataannya, negara kita memang sedang krisis pangan. Kok bisa krisis pangan, katanya negara agraris? Nah itu masalahnya, kebanyakan petani itu menanam tidak dengan ilmu, nanam benih suka-suka, ngasi pupuk yang penting banyak, panen pokoknya selesai. Kalau berbicara dari segi keilmuan, semua kegiatan budidaya itu ada standarnya dan nggak bisa asal-asalan, itu permasalahan pertama ya. Permasalahan kedua, bumi kita ini sudah semakin tua, begiu juga sama tanah Indonesia, bukan lagi negara yang kalau batu dan kayu ditanam bisa tumbuh. Tanah yang kita jadikan sebagai media tumbuh sudah semakin menurun produktivitasnya jadi dibutuhkan treatment khusus dan inovasi dalam bidang budidaya pertanian supaya kegiatan budidaya tanaman di Indonesia bisa tetap berlanjut dan tidak berdampak pada berkurangnya kebutuhan bahan pangan di negara kita tercinta ini. Nah udah ketemu kan, peran kita untuk Indonesia itu apa, gimana supaya tanaman pangan selalu tesedia di negara kita, bayangkan kalo kita harus impor semua jenis bahan pangan padahal negara kita negara tropis yang strategis sekali sebagai lokasi bercocok tanam. Saya juga belum lulus jadi nggak bisa memberikan gambaran bagaimana kontribusi nyata untuk mewujudkan peran kita sebagai sarjana pertanian (nantinya). 
Intinya, kita harus sadar dulu, peran kita itu nggak main-main, sama halnya kayak dokter, kalau dokter nggak ada maka nggak akan ada yang mengobati penyakit masyarakat, nggak ada guru maka nggak akan ada yang ngajarin kita ilmu pengetahuan, nggak ada petani yang berinovasi maka nggak akan ada makanan, jadi kita nantinya mau makan apa? Mungkin sekarang belum kita rasakan ya dampak besarnya tapi kurang lebih kami Mahasiswa Pertanian paham gimana iklim sudah jarang sekali bersahabat dengan kegiatan cocok tanam. Banyak tanaman kita yang diserang hama, penyakit dan akhirnya mati kemudian gagal panen, padahal nggak sedikit biaya dan tenaga yang udah kita korbankan untuk kegiatan cocok tanam tersebut. Itu hanya beberapa kendala yang kami hadapi, kurang lebih, kami sudah merasakakan gimana perasaan petani ketika gagal panen, jadi seharusnya tekad seorang Mahasiswa Pertanian itu ya gimana kita harus menerapkan ilmu untuk berinovasi menyelamatkan peradaban kita dari kekurangan bahan pangan. Kurang besar apalagi coba peran kita?
Tulisan di atas hanya beberapa uneg-uneg yang sering dan bahakan sampai sekarang masih saya rasakan. Saya harap bagi yang membaca tulisan saya ini (iya kalo ada yang baca, wkwkwk) bisa sedikit memahami gimana perasaan kami sebagai Mahasiswa Pertanian dan untuk Mahasiswa Pertanian utamanya yang MABA MABA agar benar benar menemukan passion nya di jurusan ini dan benar-benar bisa mewujudkan apa yang harus diwujdukan melalui ilmu yang sedang kita dalami. Tapi kalau memang nantinya profesi kita bukan sepenuhnya ke dunia pertanian, setidaknya kita mendukung dan bisa memberi manfaat untuk lingkungan kita. Saya juga masih Mahasiswa jadi belum bisa berkontribusi untuk dunia pertanian, tapi saya akan berusaha sebisa saya. Sekian curhatan yang kepanjangan dan selalu absurd, semoga bermanfaat untuk saya dan kita semua.

TPB B 2016 Selesai Praktikum di Lab 😆
Inilah kitaaa.... di SAWAH wkwkwk

kita lagi jalan-jalan  eh field trip with bu dosen dan bapak teknisi yang super keren & ketjeeehh....

Wassalamualaikum

Senin, 01 Mei 2017

KITA ADALAH SAUDARA


Curahan hati seseorang yang fakir ilmu
Curahan hati seorang Muslimah akhir zaman yang tengah berjuang mempertahanakan istiqomah-nya.

Percayalah, aku bukan siapa-siapa hanya saja aku menginginkan Islam menjadi tetap luar biasa minimal di hati pemeluknya.

Siapapun kamu dan dimanapun kamu. Selama antum masih menyandang gelar “Muslim” sebagai identitas, kita adalah sudara. Saudara seaqidah dan seiman. 
Lalu mengapa kita tercerai-berai?
Mengapa kita saling menghujat?
Mengapa kita saling menyalahkan?
Bahkan saling mengkafir-kafirkan.
Padahal tidak ada yang dapat menjamin, kamu atau aku yang dapat memasuki surga-Nya
Padahal tidak ada yang dapat menjamin, kamu atau aku terbebaas dari adzab-Nya.
Padahal tidak ada yang dapat terhindar dari yang namanya “dosa”.

Mungkin diantara kita ada yang berbeda dalam memahami ajaran Islam. Mungkin memang fiqih kita terkesan ada perbedaan, tapi ingatlah selama aqidah kita satu, tujuan kita satu dan kita menjunjung tinggi satu identitas (MUSLIM) maka kelak kita akan dipertemukan di surga yang sama. Tidak masalah Ya... Ikhwah jika antum membaca qunut di waktu Subuh sedang mereka tidak, sekali lagi... tidak ada jaminan si pembaca qunut  atau mereka yan tidak membaca qunut Shalilh di hadapan Allah. Tidak masalah Ya... ikhwah jika antum tidak merayakan maulid sedang mereka merayakan, tidak masalah Ya... Ikhwah jika antum gemar dengan qasidah sedang mereka tidak. Beribu-ribu kali banyak yang mengingatkan, hal-hal semacam itu hanyalah hal-hal furu’,  siapa yang bisa menjamin surga bagi kita, siapa yang menetapkan kita Shalih atau tidak. Hanya DIA, hanya Yang Maha Mengetahui, hanya DIA YANG MAHA BENAR. 

Tugas umat Islam hanya berlomba-lomba dalam kebaikan. Mari kita mencari yang haq dan meninggalkan yang bathil tanpa saling menyalahkan, tanpa saling menghujat dan tanpa saling mengkafir-kafirkan. 

Dimanapun majlis antum, kepada ulama siapapun antum mengkaji Islam,  jangan merasa jadi yang paling benar, mari saling meghargai pendapat dari haraqah masing-masing. Tantangan berat kita sudah di depan mata, fitnah akhir zaman merajalela, ghozhul fikri yang mulai menyentuh sendi-sendi kehidupan, mau dibawa kemana nasib generasi Islam yang imannya mengalami degradasi?

Selama akidah kita sama, kita berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, serta tujuan kita adalah mencari jalan lurus kepada Allah, kita adalah Islam. Kita adalah umat Muhammad, penerus perjuangan dakwah Islam yang mati-matian diperjuangkan beliau sehingga Islam berkembang pesatnya di seluruh belahan dunia. Tugas kita adalah merajut ukhuwah Islamiyah, melanjutkan dakwah menuju kesatuan umat Islam.

Ya Ikhwah, tidak sembarangan Allah memberikan hidayah-Nya kepada setiap  hamba-Nya, ketika hatimu tergerak untuk menyatukan umat dan menjadi pendukung dalam gerakan dakwah para ulama dan aktivis Islam lainnya berarti antum salah satu orang pilihan Allah. Jangan pernah lelah ikhwah, La tahzan... innaloha ma’ana, jangan putus asa menjadi bagian dari umat Rasullah yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. 

“Wahai Orang-Orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan mneguhkan kedudukanmu.” (Q.S Muhammad ayat 7)

“Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

“Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir”


#ukhuwahIslamiyah #Islam #bersatu #menyatukan #umat

Selasa, 31 Januari 2017

"GOBLIN : More Than About Love Story"

Goblin, lebih dari sekedar kisah cinta.


Banyak cara yang dilakukan oleh masing-masing orang dalam mengisi liburan. Salah satunya dengan “nonton”. Baik itu menonton di bioskop, di rumah atau dimana saja tempat yang disukai. Banyak tontonan yang bisa dipilih. Entah itu film, drama, sinetron dengan berbagai genre. Tapi untuk saya pribadi, Saya memilih untuk nonton film dan drama dengan genre yang ringan.
Genre yang ringan pasti berbeda-beda bagi setiap orang. Genre ringan menurut saya bisa dengan genre romance, slice of life, supranatural atau komedi. Menonton beberapa jenis film atau drama dari genre tersebut sebenarnya cukup mampu menguras emosi tapi emosi yang lebih menghubugkan dengan perasaan, terutama romace. Tentu akan berbeda jika kita menonton bebrapa film dengan genre horor atau action. Tapi biasanya dari beberapa genre, pasti selalu disisipkan bumbu-bumbu romantisme yang menghibur penonton.
Berhubung perempuan biasanya suka hal-hal yang berhubungan dengan keindahan, hal yang manis dan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan. Jadi saya lebih memilih untuk menuliskan hasil dari pengalaman menonton drama yang bergenre romance. Yah, tentunya drama dan sudah tentu Drama Korea atau biasanya disebut DRAKOR.
Kebanyakan perempuan pasti suka dengan hal yang berbau dengan drama, apalagi beberapa tahun terakhir ini trend hiburan dari negara gingseng ini cukup melekat di hati para ramaja, mulai dari segi musik, drama, fashion hingga makanan. Fenomema Korean Fever merupakan salah satu perisitiwa yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Korea Selatan punya tempat tersendiri di hati masyarakat terutama para fangirls. *hem...
Ok...
Mungkin cukup itu saja pengantar nya ya... Di tulisan kali ini saya kan membagikan pengalaman saya dari salah satu drama yang tengah BOOMING di negara asalnya juga di Indonesia. Entah kenapa drama ini menyisakan kenangan kebaperan level seratus. Mungkin sedikit lebay ya, tapi inilah kenyataannya. Ada pesan implisit yang disampaikan di drama ini dan menurut saya pesan itu tersampaikan dengan baik. Ini penilaian pribadi lho ya..
Judul dramanya mungkin sederahana, sangat sederhana. Tapi serangkaian cerita di drama ini sangat mampu mengaduk emosi saya. Rasa penasaran, sedih, lucu, semua digabungkan jadi satu. Di dalam satu episode mungkin emosi penonton bisa diaduk, lebih dari itu banyak hal yang bisa diambil dari drama ini.
“ GOBLIN”
“GUARDIAN : THE LONELY AND GREAT GOD”
Begitulah drama tersebut tertulis. Sekilas dari judulnya, mungkin pikiran kita langsung mengambil kesimpulan bahwa drama ini drama fantasi. Yup... benar sekali, drama ini intinya bertemakan fantasi. Tentang seorang GOBLIN atau Guardian atau malaikat penjaga atau apa saja yang sepadan dengan ungkapan tersebut.

Drama ini mengambil dua latar waktu, zaman kerajaan Goryeo tentunya berhubungan dengan sejarah Korea Selatan dan masa modern sekarang ini. Berawal dari rasa iri dari seorang raja muda yang bernama Wang Yeo terhadap panglima prajurit yang bernama Kim Shin. Kim Shin merupakan prajurit yang setia mengabdi pada kerajaan. Karena kesetiaan serta ketangguhannya inilah Ia sangat dipuji dan dihargai oleh rakyat dan prajurit lainnya. Hal ini justru tidak disukai oleh Wang Yeo, seorang Raja yang masih sangat muda. Ia merasa keberadaan Kim Shin justru mengancam posisinya sabagai Raja, berawal dari hasutan dari penasehat kerajaan (lupa namanya, hihihi) sehingga rasa iri di hati Wang Yeo semakin memuncak. 

Karena merasa posisinya sebagai Raja tidak dihargai oleh rakyatnya, secara pribadi Ia memanggil Kim Shin dan memberikannya pedang untuk berperang di wilayah perbatasan, tetapi Wang Yeo menginginkan kekalahan dari Kim Shin agar rakyatnya tidak lagi mengagung-agungkan panglima prajurit yang begitu setia itu.
Kim Shin merasa sangat kecewa terhadap titah ini. Ia merasa pengorbannanya untuk melindungi  Raja dan Goryeo tidak dihargai. Kim Shin selalu bertekad untuk memenangkan perang demi kesejahteraan Goryeo, tapi kali ini justru Raja yang sangat Ia hormati malah menginginkan kematiaannya. Kim Shin dengan terpaksa menerima pedang itu dan mencoba menuruti titah Raja. Tapi Kim Shin tetaplah Kim Shin, prajurit yang rela mengorbankan nyawanya demi Goryeo.
Kim Shin pulang dengan kemenangan. Rakyat Goryeo bersorak merayakan kemenangan, tetapi berbeda dengan Wang Yeo, amarahnya memuncak sehingga Kim Shin justru dicap sebagai “penghianat” dan “pemberontak”. Wang Yeo menghukum Kim Shin di depan seluruh rakyatnya. Keluarga Kim Shin dibunuh satu per satu karena Kim Shin bersikeras menuju singgasana Raja. Akhirnya tetap saja Kim Shin menyerah, ia ditusuk oleh pedangnya sendiri, pedang yang diberikan oleh Wang Yeo.
Kim shin serta anggota kelurganya dibuang, tidak diperlakukan sebgaimana mestinya mayat diperlakukan. Kejadian ini meninggalkan luka mendalam bagi seluruth rakyat Goryeo. Pertumpahan darah yang seharusnya tidak terjadi hanya karena rasa iri.
Melalui kejadian ini, Kim Shin yang diambang kematian atau bahakan telah tiada. Memohon kepada Yang Maha Kuasa, sungguh Ia sangat menyesali hal ini terjadi. Ia ingin membalaskan dendamnya pada Wang Yeo.
Dengan kekuasaan Yang Maha Kuasa, Kim Shin diberikan keajaiban. Ia dihidupkan kembali, bahkan hidup abadi menyaksikan kematian orang-orang di sekitarnya, Ia bukan lagi manusia. Yang Maha Kuasa menjadikan ia makhluk abadi –Goblin sampai Ia menemukan pengantinnya yang akan ditemuinya selama beberapa ratus tahun kehidupan abadinya sebagai Goblin.
Pengantin Goblin, begitulah sebutan untuk gadis yang kelak akan mencabut pedang di dada Goblin. Menandakan kehidupan abadinya telah usai. Disinlah awal dari kisah cinta yang sebenarnya. Goblin bersama Pengantinnya akan menguras emosi penonton mulai dari rasa sedih hingga bahagia.
Banyak hal yang disampaikan dari drama ini, bukan hanya tetang Kisah Cinta. Realitas yang terjadi di dunia nyata dikemas menjadi drama fantasi  yang sangat membekas di hati. Mungkin akan sedikit saya uraikan hal-hal yang saya dapat dari Drama Goblin ini.
o  “Tuhan itu ada”
Mungkin bagi sebagian orang, masih banyak yang menanyakan eksistensi dari Tuhan. Secara tidak langsung, Drama ini mengingatkan tentang adanya Tuhan. Hidup manusia tidak lepas dari keikutsertaan Tuhan. Di beberapa adegan, diceritakan ketidakpercayaan mengenai adanya Tuhan dijawab dengan kehadiran Tuhan menjawab segala pertanyaan mereka mengenai kehadiran Tuhan. Terlepas dari cara drama ini menghadirkan gambaran mengenai Tuhan, menurut saya pesan yang satu ini telah tersampaikan.  

o   “Tugas manusia adalah menjalani kehidupan yang telah diberikan Tuhan. Tidak selamanya kesedihan adalah penderitaan yang diberikan Tuhan. Tuhan selalu punya rencana di balik takdir yang telah ditetapkan untuk manusia.”
Definisi dari hidup memang sangat rumit, banyak hal yang terjadi. Kesedihan terasa sangat panjang tetapi kadang kita lupa, ketika kebahagiaan itu datang, kita sedikit sekali bersyukur. Melalui drama ini, kita ditunjukkan tentang penderitaan dan kesedihan. Bertubi-tubi penderitaan yang dialamai para pemeran drama terutama Ji Eun Tak –Pengantin Goblin , mungkin akan sedikit menyentil hati kita untuk bersyukur dan mengingat Tuhan punya rencana lain.

o   “Hargailah hidup yang telah dianugerahkan Tuhan. Hidup ini begitu berharga, jangan disia-siakan.”
Satu hal yang menarik, drama ini menyampaikan pesan bahwa hidup itu begitu berharga. Ditengah banyaknya kejadian mengenai orang-orang yang menyia-nyiakan hidupnya dengan cara merusak tubuhnya sendiri bahkan mengakhiri hidupnya sendiri. melalui kisah Para malaikat Maut, terutama Malaikat Maut yang hidup bersama Goblin, kita akan ditunjukkan betapa hidup ini sangat berharga bahkan sangat singkat untuk disia-siakan.

o “Merindukan Kematian.”
Hidup abadi tak seindah apa yang dibayangkan. Mungkin  dunia yang saat ini kita jalani, banyak menawarkan keindahan yang tentunya ingin dicapai. Ingin rasanya hidup selamanya di dunia, mengejar mimpi-mimpi dan menikmati dunia bersama orang tercinta. Tapi apa yang terjadi jika sendiri, sendiri dalam keabadian, tentunya sangat hampa. Disitulah saat-saat dimana Goblin merindukan kematian. Melihat kematian satu per satu orang yang hadir di hidupnya, akhirnya harus berakhir di depan matanya selama beratus-ratus tahun. Kematian yang hanya akan didapatkan dari Pengantinnya yang justru meruntuhkan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya.

o  “Cinta tak mengenal siapa kamu.”
Drama pada dasarnya menyuguhkan kisah cinta yang melelehkan hati para penonton. Kisah cinta yang terjadi antara Goblin dan pengantinnya menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah hal yang menjadi penghalang tumbuhnya cinta di hati mereka.

o   “Jika memang itu cinta, walau berapa tahun lamanya, cinta adalah cinta. Cinta pasti menunggumu sampai kau kembali. Karena cinta dibuktikan dari penantian.”
Menurut pengalaman menonton saya, poin ini merupakan hal yang paling romantis. Walaupun terkesan lebay. Tapi saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan drama ini. Jika memang yang dicari dan dirasakan adalah cinta. Harusnya berapa lama pun kita menunggu, pasti itu tetaplah dia. Dia sebagai orang yang dicintai. Menunggu dan menanti adalah ujian terbesar dari cinta. Tapi kembali lagi, Tuhan lah yang paling mencintai kita. Pasti Tuhan tidak pernah salah memilihkan cinta untuk kita. Entah kapan akan dipertemukan dengan cinta yang sebenanrya atau entah sampai kapan penantian ini berkahir. Biarlah menjadi rahasia Tuhan.
Bisa dilihat dari kisah Goblin yang menunggu pengantinnnya beratus tahun, dipisahkan lagi selama sembilan tahun, dipertemukan sebantar dan dipisahkan lagi selama tiga puluh tahun lebih hingga akhirnya bertemu kembali.
 --Penantian, itulah cinta.  

o  “Tuhan Maha Penyayang”
Jangan buta dengan kasih sayang Tuhan, berdoalah, berharaplah, memohonlah. Tuhan itu Maha Pengasih, tanpa disadari semua yang dibutuhkan telah diberikan. Jangan selalu menyalahkan Tuhan, justru Tuhan lah Yang Maha Mengetahui dan yang paling mencintaimu.
Dengan atau tanpa menonton drama Goblin ini, harusnya kita manusia sangat menyadari betapa kasih Sayang Tuhan itu melimpah ruah. Yang tepenting, drama ini berhasil menyampaikan pesan moral yang sangat penting ini.

Sebenarnya masih banyak hal-hal menarik yang bisa didaptkan dari drama ini. Kembali kepada penonton, pandai-pandailah memilah. Ambil yang postif dan buang negatif. Lihatlah sesuatu dari berbagai sudut pandang.

Saya tidak tahu menyebut tulisan ini apa, review atau curhatan. Apapun tulisan ini semoga berguna dan menambah rasa penasaran dengan drama GOBLIN (Guardian : The Lonely and Great God).

My favourite Quotes :
“Tidak ada Kesedihan abadi. Tidak ada Cinta yang abadi. Mana yang kamu pilih? Kesedihan atau Cinta.”
“Cinta yang Menyedihkan.”

Gamsahamnida, Saranghae......... hihihi
-Drakor Lovers-
















source : pengalaman pribadi penonton, wikipedia, sumber situs lainnya.