Futur? futur itu
apa? Pernah nggak kalian merasakan hal ini? Saat dimana yang awalnya semangat berapi-api untuk beribadah tapi semakin
dijalani kenapa ya ada rasa “jenuh” atau rasanya saya “nggak kuat lagi” menjalani ini
semua, sepertinya saya harus menyerah. Futur itu pasti! Bagaimanapun kuatnya kita
melawan pasti ada satu titik dimana ada goncangan yang menggoyahkan kepercayaan
kita tadi. Awalnya semangat menggebu-gebu untuk menjadi lebih baik dan
berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, tapi seringkali frekuensinya turun naik atau bahkan stop di tempat. Kalau menurut saya pribadi, futur itu
salah satu rangkaian proses hijrah, disitu justru kita harus intropeksi diri dan PR
besar kita adalah bagaiana caranya saya meminimalisr futur tersebut. Futur adalah
waktunya kita mencari tahu kelemahan kita dan memperbaikinya. Kemudian hubungannya
apa dengan judul tulisan saya? saya menulis seringkali
spontanitas dan nyleneh. Jadi, relasi antar topik dan judul bisa jadi agak
kontras tapi masih ada lah hubungannya, maafkan kalau ternyata relasinya nggak
ada dan alhamdulillah kalau saya berhasil membangun relasi antar isi tulisan
dan judul. Hehehe
Seperti
yang sudah saya singgung di paragraf sebelumnya (sih... paragraf, ingat mata
kuliah BI ya wkwkwk), futur itu bagian dari hijrah, tetapi kalau kita belum
hijrah maka kita nggak akan merasakan futur itu apa. Jadi hijrah dulu baru tau
rasanya futur. Tapi kalau dari pengalaman pribadi biasnya alasan awal
ber-Hijrah itu rasanya seperti futur, tapi bukan futur namanya kalau belum
hijrah. Nah bingung kan? Ya karena saya juga bingung. Futur itu lebih kepada
kondisi dimana iman kita seolah-olah sedang “down” dan disitulah syetan yang
terkutuk mulai menggoda, masih istiqomah kah, atau yah tersesat dalam futur itu
forever.....
Kenapa
saya bilang proses hijrah dimulai karena seperti terjadi goncangan di futur
tadi. Ok, pertama saya clear kan dulu definisi HIJRAH ya. Menurut yang sudah
saya alami dan trend yang sedang berkembang, hijrah itu adalah proses dimana
seorang perempuan/lelaki yang awalnya buruk kemudian dia berusaha berubah
menjadi lebih baik tentunya dengan lebih dekat dengan Allah. Jadi hijrah itu
dimana kita memang ada niatan dan ada tindakan konkret untuk menjadi lebih baik
dan lebih dekat dengan Allah. Bukan sekedar ngomong, tapi ada tindakan yang
nyata untuk merealisasikan HIJRAH. Disini saya nggak ngomongin dari segi
etimologi atau terminologi dsb yang jelas gerakan menuju lebih baik itulah hijrah. Jadi kalau
sudah ada orang baik menjadi lebih baik lagi maka dia juga hjrah. Jadi hijrah itu
lebih ke karakter ya bukan hanya tampilan luar aja, misalnya begini, belum tentu
seorang laki-laki berjenggot kemudian wah dia sudah hijrah, terus ada
perempuan tiba-tiba pakai cadar, wah dia hijrah. Ya, mengubah penampilan sesuai
tuntunan agama juga salah satu proses hijrah tapi mungkin terlalau sempit ya
kalau kita mengatakan kita sudah ber-hijrah hanya karena pakaian yang kita
kenakan. Makanya saya lebih suka untuk tidak mendeklarasikan “saya sudah hijrah”
tapi lebih kepada menikmati proses nya.
Itulah
hijrah versi saya. Kemudian goncangan yang saya sebutkan tadi itu gimana, goncangan yang sama
ketika kita futur. Jadi saya mau curhat lagi, awal saya mulai menikmati proses
dekat dengan Sang Pencipta. Dulu, ada satu momen dimana saya sudah berusaha dan
menurut saya usaha itu harusnya terbalaskan sesuai harapan. Tapi ya,
hasilnya tidak sesuai ekspeketasi. Disitu saya berpikir kok Tuhan itu nggak
adil, kenapa aku yang udah kerja keras begini nggak bisa dan mereka yang di
bawah bisa dengan mudah. Disitu saya merasa iri dengan orang lain yang
sebenarnya adalah teman-teman saya, disitu saya mulai menyalahkan orang tua,
orang-orang yang di sekitar saya. Ibadah juga sudah mulai “halah udahlah, nggak
ada gunanya, emang doaku didengerin ta?”, padalah saya hidup di keluarga yang
tertib melakukan kewajiban agama ya walaupun belum sepenuhnya tapi nilai-nilai
Islam itu sudah diterapkan orangtua saya dari kecil. Tapi alhamduillah kondisi
itu tidak berlangsung lama maklum lah anak remaja labil, akhrinya orangtua saya
menyarankan saya untuk sekolah ke tempat yang sekarang mengubah pemikiran saya
mengenai Allah dan agama Islam. Menurut saya itu langkah awal untuk mengubah
diri menjadi lebih baik dan yah memang benar, perubahan itu sudah mulai terasa.
Tiga tahun saya ditempa di tempat itu, belajar menjadi peribadi yang mandiri
dan belajar banyak hal terutama Islam. Tapi tiga tahun itu nggak mudah
tentunya, banyak goncangan yang saya rasakan, tapi bedanya ketika saya belum
memasuki arena yang katanya “hijrah”, ketika ada goncanyan saya cenderung
menyalahkan sekitar bukan malah mencari tahu “problem solving” nya kemudian
setelah saya lebih memahami konsep kehidupan dan ketuhanan dari Islam, ketika
ada goncangan, saya tahu harus kemana, saya tahu apa yang harus saya lakukan,
bukan meyalahkan tetapi memperbaiki dan tetap bersabar dan berdoa yang utama.
Point
penting nya sebenarnya adalah proses hijrah itu tidak mudah, ketika saya sudah
memutuskan oh iya, saya mau belajar Islam dan jadi Hamba yang taat kemudian
datanglah beberapa goncangan, goncangan itu nggak harus penderitaan ya kayak
yang di ftv ftv indo***r, goncangn itu bisa kayak kenikmatan, dimana tiba-tba
mantan ngajak balikan (ini joke, hehe), tiba-tiba temen-teman yang dulu ngajak
main tapi main dalam konteks yang negatif ya, ya main yang tidak melibatkan
aturan-aturan syar’i, yaaa we know lah, atau dapat jabatan apalah tapi kemudian
menghalangi kita lebih dekat dengan Allah. Prosesnya kita menuju yag lebih baik
itu pasti diuji, nanti akan ada saat dimana, niat kita hijrah dibolak-balik
oleh kita sendiri, niat yang awalnya Lillah, entah kenapa tiba-tiba terbesit
niatan yang membelokkan hakikat hijrah itu. Misalnya, godaan dunia ketika kita
hijrah maka akan dianggap baik oleh lingkungan sekitar atau hijrah supaya ditaksir
akhi-akhi atau ukhti cantik atau tiba-tiba datang perasaan sombong karena udah
merasa “saya hijrah” sehingga mudah saja merendahkan orang lain. Itu nyata
kawan, syetan nggak akan kehabisan cara untuk menggoda Anak Adam. Syetan paling
benci Umat Muhammad yang hijrah.
Ketika
kita memutuskan untuk menjadi lebih baik, kita harus kuat, dan kalau kamu nggak
kuat, sebaiknya jangan berjalan sendiri, carilah sahabat yang bisa mendampingi
kamu. Tapi jangan salah juga, carilah sahabat yang niatannya juga lurus dan
bersahabatlah dengan sesama jenis dan no modus- modus (yu no wat ai min laaah) karena lingkungan
memberikan pengaruh yang besar untuk kita. Jangan sampai niatan hijrah berhenti
hanaya sampai di mulut, jangan sampai niatan hijrah hanya sampai pada tampilan
luar tapi mari kita hijrah dengan totalitas ya walaupun itu berat dan nggak
perlu buru-buru. Futur itu pasti, bahkan sekarang saya yang sedang mengetik
ini, sedang mengalaminya oleh sebab itu saya tidak ingin temen-temen yang membaca
tulisan ini terus terperdaya di dalam kefuturan, ayo lah move on, mana semangat
kita dulu. Jangan karena temen kita jadi berkurang terus kita merasa sendiri,
bukannya kita berubah karena cinta dari Allah jadi kenapa harus takut sendiri,
jangan karena fall in love to akhi X kita menjadi lemah, kenapa tidak coba
jatuh cinta setiap hari ke Allah. Hijrah itu bukan trend, hijrah itu perjalanan
spiritual kita di kehidupan, ketika kehidupan kita diselimuti kegelapan dan tiba-tiba
ada setitik cahaya, terus lah kejar cahaya itu, kalau kau tidak sanggup berlari, berjalan lah agar tidak tersandung dan cepat lelah, jangan berhenti terlalau lama, hidayah bukan sesuatu yang datang tiba-tiba dan tidak semua orang diberi rezeki itu jadi bersyukurlah, jangan berhenti. La, Tahzan...
Allah with Us.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi?
(Surat al-'Ankabuut : 2)
Dari Umar
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau
karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia
hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
source :
https://ayohijrah.id/
https://rumaysho.com/12977-kapan-mau-hijrah.html
https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar