Rabu, 27 Juli 2016

Ternyata, Aku Merindukanmu!

#CURHAT
Curahan Hati Si Perindu
Untuk yang Dirindukan 
"Tempat yang Penuh Cahaya Ilmu"

Sudah hampir tiga bulan aku meninggalkan tempat itu. Tempat yang kadang menjadi tempat terburuk , tetapi selalu bisa jadi yang terbaik. Aneh bukan? Bahkan aku tidak tahu kenapa aku bisa menyebutnya seperti itu. 

Hingga detik ini aku masih bertanya-tanya. Kenapa aku terlempar di tempat itu. Aku yang tak pernah mendedikasikan apapun, tidak pernah meninggalkan cerita bersejarah bahkan hal penting yang menanyangkut diriku pun tidak ada. Tapi aku merindukan tempat itu. 

Aku rindu kehangatan yang diciptakan oleh  orang-orang yang berada disana, meskipun tak semua memberi kehangatan, bagiku sebagian kecil saja sudah cukup mengesankan. Kehangatan itu hanyalah satu dari sekian memori yang tidak bisa diceritakan hanya dalam hitungan jam bahkan tahun pun tak akan cukup untuk menceritakan sepotong demi sepotong kenangan yang sangat memberi arti yang dalam bagiku. 

Tapi...

Satu hal yang paling membekas, memberikan arti dan merubahku. Mungkin terlalu berlebihan untuk mengatakan “merubah”. Ini tak masalah, sama sekali tak masalah, mungkin karena kerinduan yang berlebihan sehingga aku terlalu menyanjung tempat itu.  

(Back to three years ago)

Tiga tahun yang lalu, tepat saat itu umur ku yang sangat belia. Sangat sangat muda bahkan bisa ku sebut “anak-anak”. Aku yang sekarang bukanlah orang yang sama seperti tiga tahun lalu. Aku yang masih belia itu, adalah orang yang sangat keras kepala, sombong, munafik bahkan menomor duakan yang harusnya menajadi hal utama. 

Aku mengenal Dia, aku tahu Dia ada. Tapi aku menunda untuk dekat dengan-Nya.” Hidupku hanya sekali, harusnya ku nikamti. Masa tua ku, masih jauh sekali. Cukuplah yang wajib saja, masih banyak waktu untuk mengoreksi diri. Asal tidak berbahaya bagiku, melanggar perintah-Nya sedikit-sedikit saja tak apa.” Begitulah jalan pikiranku –dahulu. Padahal sampai detik ini, aku sendiri tidak percaya bahwa aku bisa sampai pada masa tua ku itu. Karena ujung dari usia ku, masihlah rahasia-Nya

Tapi ketika aku terdampar di tempat itu, aku sadar apa itu "esensi hidup yang sebenarnya". Banyak hal yang kuterima. Baik dan buruk selalu jadi pelajaran bahkan seisi tempat itu menjadi pelajaran bagiku. Mulai dari pemilik tempat itu, orang yang berkecimpung di dalamnya dan orang-orang yang sama sepertiku (baca: terdampar disana). 

Berawal dari hanya ikut-ikutan, ingin terlihat baik hingga berkembang menjadi niat yang konsisten untuk memperbaiki diri. Banyak proses yang ku lalui, bahkan lebih dari sekedar belajar. Mengenal Dia lebih jauh, memahami firman-Nya, menelusuri jejak orang yang menjadi kepercayaan-Nya, hingga menggali serta memahami pesan-pesan yang ditinggalkan oleh utusan-Nya itu. Semuanya menjadi lebih lengkap dan sempurna karena aku berada di sekeliling orang-orang yang juga ingin memperbaiki diri. 

Itulah alasan kenapa aku merindukan “tempat itu”. Tiga tahun di tempat itu cukuplah penat, tapi tak cukup hanya tiga tahun disana untuk mengenal Rab. Tidak cukup dengan membaca, ilmu tentang agama ku sendiri, agar  aku paham. 

Memahami firman Allah tidak lah semudah memahami ensiklopedia atau novel. Tidak hanya bahasa dari negara yang menjadi saksi perjalanan Rasul yang menjadi pedoman. Al-Qur’an saja masih menunggu waktu senggang agar terbaca konon lah buku tafsir Al-Qur’an yang bejuta tebalnya dengan gaya bahasa para ulama-ulama yang memiliki ilmu tingkat tinggi yang tentunya memerlukan ilmu tinggi  pula untuk memahaminya. Belum lagi maraknya hadis-hadis yang entah dari mana sumbernya, bahkan sanad dan matannya dipertanyakan. Aku tidak sanggup mempelajari itu semua sendiri. Aku butuh mereka, pengajar yang memiliki ilmu bagaimana menyampaikan hal yang rumit tersebut menjadi hal yang dapat dicerna dan dipahami oleh aku (orang yang masih terperangkap di pemikiran jahiliyah).

Nyaliku untuk terfokus mencari ilmu agama saja sepertinya menciut, dengan segala keterbatasanku. Karena aku yakin, masih banyak orang di luar sana yang lebih pantas untuk mendalaminya agar mereka nanti yang menyiarkan ilmu itu. Dan aku, masih butuh proses panjang untuk menyadari dan benar-benar memahami tujuan hidupku di hadapan Allah. 

Aku harap kerinduan akan tempat itu, tak hanya sebatas kerinduan. bahkan ini menjadi motivasi agar aku lebih keras lagi mencari cahaya Islam untuk jiwaku yang digelapkan dosa serta nafsu yang berlebihan. 

Hingga saat ini pun, aku bukanlah orang yang pantas  disebut baik. Hanya saja Allah Yang Maha Pengasih menutup aib ku serta keluarga ku. Waktu ku terlalu singkat untuk mempelajari, memahami dan menyadari betapa indahnya Islam yang menjadi penerang jiwa. Amalan seumur hidupku pun, takkan setara dengan kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepadaku. 

Terimakasih telah menjadi tempat yang mendekatkan ku pada Allah. Terimakasih telah mempertemukan ku dengan cendekiawan muslim yang membagi ilmunya untukku, terimakasih telah menjadi tempat yang mempertemukan ku dengan orang-oang yang sama sama ingin merahih ridho-Nya.

__WASSALAMUALAIKUM__

“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”  (Al-Baqarah 148)

“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya . Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Al-Zalzalah 7-8)

Allohu Akbar
Allohu goyatuna
Arrosul qudwatuna
Al-Qur'anuldusturna
ALMAUTU FISABILILLAHI ASMA AMALINA 
ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR, ALLOHU AKBAR
-Nurul Ilmi-