Minggu, 27 Desember 2015

Cinta Milik Siapa?

RENUNGAN

Bicara tentang cinta, rasanya tak kan ada habisnya. Semua hal dapat dikaitkan dengan topik fenomenal ini. Cinta layaknya bumbu pemberi rasa dalam kehidupan. Semua orang dari berbagai kalangan merupakan pemeran drama realita cinta.
Meskipun semua orang menjadi pemeran dalam drama realita cinta, tidak semua merasakan cinta yang katanya “indah” ini. Jika kita memerhatikan realitas cinta di kehidupan kita ini, nampaknya cinta hanya milik mereka yang mencapai hakikat “sempurna”. Saya katakan sempurna bukan berarti melebihi Sang Pencipta. Tetapi mereka yang diberikan kelebihan oleh-Nya.
Sehingga timbul di pikiran ini, cinta hanya sebatas hubungan dua orang yang katanya “saling jatuh cinta” atau dua insan yang berhasrat untuk bersatu. Jika hanya sebatas itu, patutlah cinta itu hinggap, tumbuh dan berkembang bagi mereka yang “lebih”.
Lantas jika aku tak diberi kelebihan berupa keindahan atau harta, berarti aku tak memiliki cinta? Atau hanya aku yang punya cinta namun tak dapat kuberi untuk dia insan yang mencuri hatiku?
Banyak yang berkata, bahwa cinta itu buta. Tak meminta lebih dari apa yang kita miliki, tapi menerima apa yang kita miliki. Benarkah demikian? Jadi aku bisa mencinta, meski aku tak lebih? Namun, kembali lagi aku renungkan. Tapi tampaknya cinta menjadi buta jika satu sinar sudah datang menjadi cahaya, cahaya inilah yang akan membutakan cahaya lain untuk masuk ke kehidupan kita.
Bisa kita lihat, legenda cinta sejati yang diabadikan hanyalah sepenggal kisah dari dua orang insan yang sedang dimabuk asmara, dua insan yang terpedaya cinta, dua insan yang dibutakan dan ditulikan oleh hal lain yang akan mengancam cinta mereka.
Kembali menelusuri alur dari kisah cinta dua insan yang melegenda. Mungkin bisa kusebutkan, jika kita teringat Romeo & Juliet, Bonnie & Clyde, Aladin & Putri Jasmine atau kisah cinta sejati lainnya yang bisa melelehkan hati jika kita dengar serta kita hayati. Kita perhatikan lagi, kita hayati lagi dan telusuri lagi. Mereka adalah dua insan yang sedang dimabuk cinta, melampaui batas apapun demi cinta dan dengan cinta seolah-olah mereka benar dan kuat.
Apakah mereka pemilik cinta itu?
Mereka nampak tulus dalam mencintai pujaan hatinya. Namun apakah cinta diantara mereka dapat tumbuh tanpa hal lebih dari Tuhan. Mereka adalah orang-orang berparas lebih, lahir dan tumbuh dalam kemewahan. Serta yang paling penting adalah keberuntungan yang mereka miliki yaitu "cinta diantara satu sama lain dapat terbalas".
Apakah mereka pemilik cinta itu?
Lalu bagaimana dengan pemeran drama realitas cinta yang lain?
Mereka yang mungkin tak punya paras indah, kemewahan pun tak pernah dirasakan, hanyalah mimpi jika ingin menjadi Cinderella jika paras pun tak punya nilai lebih. Cinta yang hanya dapat dipendam di kedalaman jiwa yang tak kan pernah ada yang menyadari. Cinta yang hanya digenggam sendiri, hingga cinta itu harus menusuk denyut demi denyut jantung ketika melihat orang yang dicinta harus bersama yang lain.
Hanya senyum yang diusahakan setulus mungkin dan hanya doa yang diusahakan seikhlas mungkin untuk sang pujaan hati agar bisa berbahagia dengan orang yang sudah dipilihnya. Itulah bentuk cinta yang dapat ditunjukkan. Bukan berupa kata-kata indah atau rayuan, bukan tatapan yang meneduhkan dan bukanlah waktu yang dimiliki berdua untuk saling berbagi. Inilah cinta yang dimiliki pemeran lain dalam drama realitas cinta, cinta yang dimiliki sendiri serta tumbuh dan berkembang dalam keikhlasan.
Lalu siapakah insan pemilik cinta yang sebenarnya?
Keduanya cinta, namun tak tau mana  pemilik cinta yang sebenar-benarnya cinta. Tapi yang pasti dan tak diragukan, hanyalah cinta Rab kepada Hamba-Nya. Serta cinta hamba kepada Rab-nya hingga apapun yang ditakdirkan Rab kepadanya, dia ikhlas, dia terima kekurangannya, dia sadar kelebihan tak hanya sebatas rupa indah dan harta berlimpah. Hamba yang sadar, hidup di dunia tidak melulu tentang cinta terhadap sesama insan.
Cinta ada, cinta indah, cinta melengkapi. Kita semua pemilik cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar