Senin, 21 Januari 2019

Muslimah Serba Salah?


Muslimah adalah suatu identitas, identitas yang menandakan bahwa seorang perempuan mengimani bahwasanya Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa serta Rasulullah adalah utusan-Nya. Begitulah identitas itu disematkan bagi seorang Muslimah. Baik dia sepenuhnya menjunjung tinggi identitas tersebut atau masih belum sepenuhnya menjadi Muslimah sejati.
Pada dasarnya sebagai seorang Muslim tentu harus totalitas dalam menjalankan perintah agama. Baik itu untuk laki-laki terlebih lagi untuk perempuan. Mulai dari aturan A sampai Z tentu harus diamalkan. Bukan untuk dilihat atau dinilai orang lain tetapi untuk mendapat sebaik-baik kedudukan di hadapan Allah SWT.

Tidak bisa dipungkiri, manusia tetaplah manusia, terkadang penuh dengan khilaf dan penuh dengan  keterbatasan. Tidak lah mudah mencapai predikat Muslim sejati terlebih lagi Muslimah sejati. Betapa sangat berat, ditambah lagi dengan tuntutan zaman yang terkadang justru menjauhkan dari cahaya Islam.

Tidaklah heran, jika banyak Muslimah yang salah dalam melangkah. Salah dalam mengambil keputusan ataupun salah dalam hal perilaku. Lantas hal tersebut tidak bisa dijadikan bahan argumen untuk menyalahkan para Muslimah. Justru disitulah peran Muslimah yang lain untuk membersamai, memberi support serta mengayomi saudarinya bukan malah sebaliknya.

Tindakan menghakimi sebelah pihak sering sekali terjadi. Baik itu secara sadar maupun tidak sadar, bahkan dengan cara yang justru menyulut perdebatan dan mirisnya hal itu terjadi diantara para Muslimah. Bukankah seharusnya bagi sesama Muslim kita harus saling mengingatkan? Bukan menyalahkan.

Tidak masalah kalau kiranya dia belum berhijab
Tidak masalah kalau kiranya khimarnya belum sempurna
Apakah kita yang dulu pernah “seperti itu” hendak menghujat?

Misalkan suatu saat, doakan semoga tidak terjadi, sahabat kita yang masih menjalin hubungan dengan kekasih tidak halal kemudian datang dengan berderai air mata berharap pelukan dan pundak kita, Saya berharap, tidak ada rasa enggan menerima kembali. Saya harap hati  ini dengan ikhlas menerima kedatangan dan memasang badan untuk membersamai di tengah kesedihannya.

Adakah yang lebih mereka harapkan selain penerimaan kita, selain tutur kata yang menyejukkan serta sahabat yang tidak pernah membenci?

Kita terikat satu ikatan yang disebut gender. Ikatan yang semakin menguatkan karena kita ber-Tuhan kepada Allah dan mengimani-Nya sebagai Yang Maha Esa, Yang Maha Penyayang. Ya, kita adalah Muslimah. Muslimah yang diceritakan di dalam Al-Qur’an bahkan  karena mulianya kita, Allah sematkan nama kita di Al-Qur’an, An-Nisa, perempuan.

Ada satu harapan yang ingin saya ceritakan kepada kalian wahai wanita, wahai para perempuan, wahai akhwat..  wahai Muslimah.. To the Women...

Saya ingin, perempuan tidak dianggap lemah. Mungkin secara fisik kita lemah dari kaum laki-laki tapi lemahnya fisik tidak menjadi penghalang untuk menjadi kuat. Perempuan memang lah indah. Perempuan merupakan perhiasan, sebaik-baik perhiasan dunia. Sudahkah kita memaksimalkan keindahan itu untuk memperindah hati kita, memperindah keluarga kita dan lingkungan kita. Saya rasa, kita punya “power” untuk sekedar membuat indah. Lantas harus bagaimana saya mejelaskan, harus bagaimana saya mengajak, menjadi indah dengan kembali kepada Yang Maha Sempurna. Kembali kepada-Nya adalah cara kita satu-satunya untuk memaksimalkan kekuatan dan memberi energi positif. Lebih dari itu, kita tidak pernah dilarang untuk menjadi siapapun yang kita inginkan selama ada “Ridho” –Nya di setiap langkah yang kita ambil.

Kalau mereka bilang, perempuan harus di rumah. Perempuan tidak boleh menampakkan kecantikan. Perempuan harus menutup diri. Tidak, mungkin ada yang salah dengan cara mereka memahami perempuan, memahami Muslimah. Muslimah boleh kemana pun yang ia mau, asalkan, membawa dan mengigat asma Allah kemanapun ia melangkah. Muslimah hakikatnya sudah cantik, mungkin sebagian dari kalian kurang menundukkan pandangan. Muslimah tidak disuruh menutup diri, kami diperintahkan menutup aurat.  

Boleh saya bercerita tentang Ibunda Khadijah?
Ya, beliau, menurut riwayat, adalah perempuan yang sangat pemalu namun juga tegas dan tegar. Sisa hidupnya beliau habiskan untuk menemani Sang Kekasih Hati untuk berjuang menegakkan Kalam Allah, menegakkan Islam di bumi Allah. Dari situ saya sadar, bahkan sosok Rasulullah yang begitu hebat tetap membutuhkan seorang perempuan. Bagaimana tidak, di tengah kegelisahan beliau meneriama wahyu, ada Ibunda Khadijah yang menyelimuti dan menenangkan dengan cinta. Setelah kepergian Cinta Pertama, ada putri cantik yang luar biasa tangguh setia menemani. Bahkan ada beberapa perempua hebat lainnya yang senantiasa berjuang bersama Rasulullah.

Bahkan, ada perempuan mulia lagi suci selama hidupnya, membesarkan putranya dengan kasih sayang dan totalitas beriman kepada Rab. Hingga melahirkan Nabiullah yang hatinya penuh kasih, Isa putra Maryam. Ada yang berjuang menyayangi dan membesarkan seorang anak laki-laki bahkan bukan darah dagingnya meski sang suami adalah jelas jelas memusuhi Allah, Asiyah, mawar di gurun yang tandus, di hatinya mengalir sungai cinta untuk Nabi Allah, Musa a.s sang penakluk laut merah.

Selalu ada sosok perempuan, selalu ada sosok Muslimah tangguh di belakang atau di samping para laki-laki hebat penakluk dunia.

Masihkah kita membiarkan nama kita dianggap perusak?
Masihkah kita rela, superioritas dari laki-laki tidak berakhlak menghardik kita?
Jangan, jangan berlomba-lomba menjadi kesalahan saudariku, mari berlomba-lomba menjadi yang paling mulia.

Mari kita bersama sama meraih gelar muslimah mulia walau tuntutan akhir zaman yang semakin tidak masuk akal, walau dunia serasa mencekik, dan tidak berpihak. Bukan hujatan, bukan saling ghibah tapi saling bercerita, berbagi, bertutur kata baik dalam menasehati. Bantu kami Ayah agar mampu menjadi anak mu yang sholihah, membantu hisab Ayah dan Bunda di yaumul akhir.  Bantu lah kami kakak dan adik laki-laki ku, kami butuh kasih sayang kalian, bimbingan kalian bukan hujatan kalian. Bantulah kami wahai suami ku atau kelak yang akan menjadi imam ku, bantu lah aku menggapai surga-Nya, bimbing aku, jaga aib ku, gandeng aku agar kelak kita bertemu di surga-Nya.

“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (HR. Muslim)
image source : google